Kawan, pernahkah kita membayangkan apa yang ada diluar jendela sana ?. Sebuah pohon ?, seekor kucing ? Seekor burung ?, atau sebuah langit yang cerah ?. Semua nampak dalam jendela yang ada ditiap-tiap rumah tergantung lokasi tiap-tiap rumah yang kita huni, namun ada satu yang sama, yaitu langit yang sama. Warna yang selalu sama setiap waktunya, baik saat fajar terbit maupun senja terbenam awal pergantian hari. Malam selalu menjadi tanda beristirahatnya sebagian makhluk termasuk kita untuk melepas penat dikala siang hari.
Kawan, pernahkah kita mengamati langit
dimalam hari ?. Saat bintang-bintang menari dengan cahaya yang mereka pancarkan
setiap malam, saat sang rembulan memantulkan sinar dari sang surya kala langit
dibumi gelap. Peta bintang saat malam hari menjadi sebuah awal dari sebuah
keagungan sang rabb atas segala ciptaannya di langit maupun dibumi. Sang rabb tengah
memberi pelajaran pada umatnya tentang sejarah semesta, baik diatas bumi yang
kita pijak ini maupun diatas langit yang luasnya tak terukur oleh nalar kita.
Diatas langit yang kita huni ini terdapat para pelindung bumi yang selalu terjaga
dari segala bahaya yang mengancam keberlangsungan manusia di bumi pertiwi ini.
Siapa para pelindung bumi itu, tak lain dan
tak bukan adalah sahabat kita, sang bulan dan planet-planet melintas di tiap
orbit yang mereka lintasi. Mereka mendapat amanah dari sang pencipta semesta untuk
melindungi bumi dari segala sesuatu yang mengancam keberlangsungan penghuni
pertiwi serta menjadi mitra baginya dalam beribadah maupun melakukan amaliyahnya
sehari-hari.
Kita mulai dari tetangga terdekat kita bulan,
yang setia menemani bumi dalam rotasi dan mengitari matahari secara bersamaan. Rotasi
sang rembulan selama kurang lebih 29 hari telah menjadi patokan para pendahulu
kita dalam menentukan waktu, baik itu pergantian hari, bulan, maupun tahun selain
dari sang surya sebagai patokan waktu. Belum lagi tentang gerak "tarian kehidupan"
sang lunar yang memberi daya gravitasi pada samudra berupa pasang dan surut
bagi penghuni lautan. Pasang surut lautan yang memberi "nyawa" pada
biota laut dan daratan, sebuah kekuatan yang kasat mata yang tak terpikirkan
sebelumnya oleh manusia sebelumnya.
Lalu bergeser pada dua rekan terdekat ibu
pertiwi, planet merkurius dan venus yang menjadi batas wilayah radiasi matahari
yang selalu berkobar sepanjang waktu tanpa henti. Merkurius menjadi gerbang
utama yang berpasasan langsung dengan sinar matahari. Jaraknya yang begitu
dekatnya dengan sang mentari membuat dirinya begitu gersang dan membara layaknya
gurun pasir yang dibakar karena panasnya radiasi mentari yang diterimanya setara
dengan panas permukaan matahari itu sendiri tanpa ada penyaring. Andai saja bumi
ada di posisi merkurius sudah pasti tak ada satu kehidupan yang mampu bertahan
dari terik matahari secara langsung. Tumbuhan dan binatang takkan berumur
panjang dalam sejarah kehidupan.
Tak jauh berbeda dengan kawannya merkurius, venus
menjadi gerbang selanjutnya. Saat gelombang panas matahari merambat melalui radiasi,
sang bintang senja menyerapnya dalam rumah kaca yang dimilikinya. Tak
mengherankan bilamana sang shukra (venus) menjadi lentera saat fajar tiba. Venus
tak ubahnya seperti cermin bagi bumi, sama namun menampilkan perlawanan. Bila
bumi menjadi rumah bagi kehidupan, maka venus menjadi anonim dimana kehidupan
enggan menghampiri sang dewi kecantikan itu meski sejatinya mereka sama baik
rupa maupun kedudukan mereka. kadang kala nalar belum paham apa rencana dari
sang rabb, namun apapun yang dikehendakinya adalah yang terbaik bagi umatnya
yang mau memikirkannya.
Saat merkurius dan venus melindungi pertiwi
dari ancaman dilingkaran terdalam, yaitu radiasi matahari yang sangat masif. Di
halaman belakang bumi telah berjejer para pelindung mulai dari mars dan jupiter
yang menahan batuan langit dalam sabuk asteroid. Sang planet merah dan raja
dewa dalam mitologi romawi menahan asteroid itu melalui gravitasi yang
dimilikinya saat mengorbit pada matahari. Seperti sisir yang merapikan barisan
asteroid yang menonjol keluar mendekati bumi. Kedua garda penjaga itu selalu
mengatur barisan bebatuan langit itu agar tidak keluar dari jalur yang
seharusnya.
Ketika mars dan jupiter bersatu padu dalam
menata shaf asteroid, sang planet cincin saturnus ikut andil dalam mengikat asteroid
es yang hendak menuju bumi. Kumpulan es tersebut terperangkap dalam gravitasi sang
dewa pertanian itu lalu membentuk lempengan es yang mengelilingnya menyerupai
cincin. Tahukah engkau bila jupiter dan saturnus adalah planet yang menjadikan
asteroid-asteroid itu menjadi "anak-anak asuhnya" berupa
satelit-satelit yang mengelilinginya.
Asteroid-asteroid itu yang telah menjadi
"anak-anak asuh" bagi mereka berdua, yaitu brihaspati (jupiter) sang
guru dan shani (saturnus) sang hakim. Satelit-satelit itu membantu mengatur
kecepatan berputar kedua planet itu saat membersihkan langit dari asteroid liar
serta melindunginya bila asteroid tersebut menuju bumi maupun kedua planet
perkasa itu.
Saat pengetahuan manusia terdahulu mengetahui
benda langit hingga saturnus sebagai titik terjauh dari tata surya, kemudian
muncul wawasan baru, jika masih ada lagi benda langit yang belum terjamah oleh
akal manusia kala itu. Ada banyak planet yang belum terpantau oleh kita yang
ada dibumi, hingga muncul dua nama planet lain yang memiliki permukaan yang
dingin sedingin angin musim dingin bahkan lebih dari yang kita bayangkan. Kedua
planet itu adalah uranus yang selalu diselimuti badai angin layaknya sang dewa
langit dalam mitologi romawi, serta neptunus
yang dingin mengalahkan dinginnya kutub dan diselimuti misterius layaknya sang
dewa lautan serupa seperti uranus.
Kedua planet kembar tersebut memiliki tugas
sebagai "pagar terluar" dalam menghalau asteroid yang berasal dari
sabuk kuiper, yaitu lintasan asteroid yang berada diluar tata surya maupun dari
awan oort yang menjadi asal terciptanya batuan langit tersebut. Bila dilanjut
maka akan ada banyak lagi "para pelinding bumi" seperti pluto, sedna,
dan banyak sejenisnya. Namun bukan itu yang terpenting, rencana dalam
penciptaan yang tanpa cacat inilah yang terpenting dalam memahamai hikmah hidup
tentang betapa lemahnya kita di semesta ini.sungguh maha kuasa yang menciptakan
segala yang ada dialam ini bagi yang mau berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar