Kawan,
pernahkan anda mendengarkan ungkapan seperti dibawah ini ?
"Pisau bisa menjadi
alat untuk masak atau senjata untuk membunuh tergantung pada siapa
penggunanya."
Mungkin ini
yang terjadi saat ini melihat perkembangan internet dan media sosial dewasa
ini. Disatu sisi internet dan media sosial telah membuka wawasan masyarakat
kita akan dunia dan peradaban manusia milenium dimana jarak dan waktu bukan
menjadi halangan. Perkembangan sains, ekonomi, pendidikan, budaya, bahkan
politik terlihat jelas bagi khalayak umum didunia maya.Baik orang dewasa maupan
anak-anak.Informasi dari internet yang terus bergerak dinamis dan real time,
telah membantu kita dalam hal belajar dan bekerja.Bahkan dalam menggalang
solidalitas dan rasa belas kasih manusia bisa tercermin dalam setiap tulisan.Sesuatu
yang tidak dapat dilakukan dalam dunia nyata dapat terwakili dalam dunia maya.
Akan tetapi
kawan, seperti pembukaan tulisan ini, ada efek lain yang tak bisa dipungkirin
lagi dari internet. Sisi kelam internet dan media sosial berupa informasi
"sesat yang sangat menyesatkan" mengintai kita semua. Contohnya saja akun
“abal-abal” yang tak bertanggung jawab, bila dahulu sebelum 90an dan awal tahun
2000an kita dapat membedakan mana yang kabar baik itu yang bermanfaat dan kabar
"sampah" dapat kita bedakan, namun kini keduanya dicampur aduk
sehingga menjadi rancu demi sebuah "sensasi" belaka yang
mengatasnamakan agama, kemanusiaan, dan lain sebagainya.Belum lagi yang mereka
yang juga mencari sensasi dengan cara yang bersifat provokatif dan mengadu
domba demi keuntungan oknum tertentu.
Mungkin
terlihat menakutkan tetepi inilah kenyataanya kawan.Saya memiliki beberapa
bukti yang saya ambil dari social media. Dan yang membuat kita geleng-geleng
kepala adalah ada banyak sekali jumlah akun “abal-abal” yang menggunakan nama
wanita cantik, entah itu asli atau foto orang lain yang diambil. Ada juga yang
menggunakan nama artis sebagai modus penipuannya. Dengan menuliskan kata-kata
manis yang juga disertai gambar yang menarik, sadis, dan unik dalam
postingannya agar menarik orang lain untuk melihatnya, dan voila, kita akan
tertarik untuk mengklik like atau mensharenya.
Coba kita
amatilagi kawan, dari fotonya saja sudah jelas jika itu hanya rekayasa belaka,
maksa lagi editannya. Lalu dari pesan yang disampaikan cenderung memaksa kita
untuk "melahap makanan mentah-mentah" tanpa berpikir untuk apa ini
?.seandai ingin menolong jangan menggunakan ancaman agar postingan tersebut
ramai berupa hidup kita akan sial jika tidak like, comment, and share. Memang
mereka itu tuhan ?
Ya allah, dan
yang miris sekali, ketika melihat kebohongan yang berbalut kemanusiaan semu
meracuni nalar sehat kita. Tak tanggung-tanggung, 1,3 juta like dan 400 ribu
lebih orang "tertipu" oleh kabar yang sebenarnya tidak penting, malah
cenderung seperti "sampah" yang merusak nalar secara perlahan namun
pasti.
Itu baru foto
editan, belum yang asli namun "sesat", postingan yang bersifat
provokatif dan mengeksploitasi penderitaan seseorang (kecelakaan, cacat fisik
maupun jiwa, dan kesengsaraan) demi meraup profit. Baik dari platform maupun
sponsor, toh hasilnya tidak untuk orang yang ada dipostingan tersebut tapi
pemilik akun. Oh iya sampai lupa. Perlu diketahui bila media sosial dan search
engine akan membayar kita sebagai pengiklan jika akun kita memiliki like,
follower, dan komentar yang sangat banyak, orang yang memiliki akun tersebut
akan dihubungi media sosial tersebut untuk memasang iklan.
Sebenarnya
jika ingin memperoleh profit iklan ada cara lain tanpa harus menipu dan
mengancam. Buatlah karya yang inovatif dan kreatif serta bermanfaat bagi
sesama. Selain itu sampaikanlah kabar apa adanya tanpa ada yang dikurangi
maupun dilebihkan. Mungkin lama sih untuk mencapainya namun waktu akan menjawab.
Orang akan tertarik dengan hal yang bersifat baik diantara yang buruk layaknya
arang dan permata.
Oke, mungkin
terdengar "lebay" dan mendramatisir.Akan tetapi ini sangat penting
dan harus segera diantisipasi agar saudara, adik, dan generasi setelah kita
mampu berpikir logis dan kritis namun tidak membuang rasa kepedulian kita pada
sesama.Jangan korbankan generasi muda kita diracuni informasi "sampah
beracun" yang efeknya turun menurun demi keuntungan materi sesaat para
oknum yang tak bertanggung jawab.( kyota hamzah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar